Rabu, 06 April 2016

Tawadhu Itu Belum Hilang

Tidak ada komentar :
KIAI MASBUHINKiai Masbuhin, mendengar namanya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Ya, KH. Masbuhin Faqih adalah Pengasuh Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin Suci Gresik. Santrinya ribuan, dan pesantrennya seringkali dikunjungi para ulama dan habaib kaliber dunia seperti Habib Salim asy-Syathiri dan Habib Umar bin Hafidz. Apa yang kusaksikan pagi ini benar-benar menampar.

Saya dan beliau serta banyak tamu lainnya, pagi ini jam 8 (Kamis, 14/01) sama-sama di Ndalem (kediaman) Habib Luthfi bin Yahya, di Pekalongan. Sama-sama hendak sowan (menghadap) sang habib. Beliau sudah ada di Ndalem Habib Luthfi lebih awal dari saya. Beliau bertanya: "Sampeyan sudah sering sowan ke sini?"

"Tidak, Kiai. Baru sekali," jawabku.

Ditanya demikian, sangka-ku beliau baru pertamakali sowan. Maka kutanya: "Kiai baru pertamakali sowan ke Abah Habib?"

Jawaban beliau berikut membuatku sangat malu pada diri sendiri. "Tidak, saya sudah dua kali sowan ke sini. Dan Habib Luthfi pernah ke pesantrenku tiga kali," tuturnya kalem.

Kemudian karena biasanya kusaksikan orang-orang yang hendak sowan ke Habib Luthfi mereka langsung naik ke ruangan atas, maka aku pun mengatakan kepada Kiai Masbuhin Faqih: "Kiai tidak langsung ke atas saja?"

"Mboten wantun kulo!" (Saya tidak berani), jawab beliau dengan ekspresi wajah serius dan tawadhu' yang tidak dibuat-buat. Jawaban beliau ini betul-betul menjadi tamparan yang sangat keras, melebihi tamparan yang awal! Seorang kiai besar, punya santri ribuan, dikenal oleh para ulama dan habaib kaliber dunia, sama sekali tidak merasa lebih tinggi dibanding para tamu lainnya! Beliau rela menunggu berjam-jam di ruangan bawah. Hanya berani ke atas jika Abah Habib sudah memanggilnya, bahkan jika harus mengantri paling akhir sekalipun. Ternyata " tawadhu' " itu belum sirna. Apa kita bisa meniru sikap luar biasa beliau?

Sumber : Farida

Tidak ada komentar :

Posting Komentar