Sabtu, 26 Maret 2016

Gus Mus : Bagaimanapun Tahlil Tetap Positif

Tidak ada komentar :
Banyak diantara kita yang masih meragukan tetang hukum melaksanakan Tahlil. Karena banyak ulama yang bertentangan dalam berpendapat.Kalangan Aswaja mengatakan boleh sedangkan kalangan non Aswaja mengharamkannya.Maka, untuk menghilangkan keraguan tersebut, simak baik-baik kutipan tanya jawab dengan Gus Mus berikut ini.Tanya jawab yang dikutip dari Majalah Mata Air edisi 35 tahun 2010 halaman 44 pada rubrik Tanya Jawab dengan Gus Mus.

Pertanyaan,
"Gus saya ingin bertanya tentang Tahlilan. Jadi begini, di masyarakat saya menemukan perbedaan persepsi tentang manfaat tahlilan untuk orang mati. Ada yg berpendapat, tahlilan itu untuk MENGIRIM PAHALA kepada orang yg sudah mati. Satu lagi bilang, tahlilan bukan bertujuan untuk kirim pahala, karena orang yg mati pahala ataupun dosanya tidak bisa ditambahi atau dikurangi oleh siapa saja. Tahlilan hanya bertujuan untuk KIRIM DOA.
Yang ingin saya tanyakan, jadi yang bener yg mana ? Tahlilan untuk kirim pahala atau hanya bisa sebatas kirim doa ? Mohon dijelaskan agar saya tidak salah niat bila akan tahlilan. Kalau bisa dengan dalil-dalil naqlinya agar saya mantap. "

Gus Mus Menjawabnya,
"Pertama,tahlil itu asal maknanya berdzikir Laa ilaaha illallah. Inilah dzikir paling utama (afdholu dzikr) menurut Nabi. Kemudian istilah tahlil atau sering juga disebut tahlilan itu digunakan untuk acara berdzikir bersama seperti yang lazim dilakukan di banyak tempat. Acara ini juga ada yang menyebutnya Kirim doa. Acara tahlil atau tahlilan ini ada juga yang disertai dengan berkat, makanan, yang diberikan kepada hadirin yang melakukan tahlil." Berkat berasal sendiri dari bahasa arab yaitu Barokah yang berarti kebaikan.

"Apakah amalan seperti membaca Fatihah, berdoa, dan memberi makan orang dsb. itu bisa dikirim  seperti paket kepada orang yang sudah meninggal? Apakah kiriman itu bisa sampai? Hal ini sudah lama menjadi perdebatan di kalangan ulama. Jadi memperdebatkan itu hanyalah pengulangan belaka."

Imam Ahmad memberi jalan keluar yang menarik, Kalau amalan kita tidak bisa sampai dengan sendirinya, kita mohon saja kepada Allah agar menyampaikannya, pasti sampai. Bukankah Allah sendiri berfirman, "Ud'uunii astajib lakum", Memohonlah kepadaku, pasti aku kabulkan. Dan ini sekarang banyak dilakukan oleh 'imam tahlil' setelah tahlilan. Berdoa agar pahala bacaan-bacaannya juga disampaikan kepada mereka yang di tahlili. Mereka biasa berdoa di awal tahlil, "Allahumma taqabbal wa aushil tsawaaba ma qora'naahu ilaa" (Ya Allah ya Tuhan Kami, terimalah dan sampaikanlah pahala apa yang kami baca kepada).

"Waba'du; bagaimana pun tahlilan, menurut saya, tetap positif. Seandainya pun pahalanya tidak sampai, kita kan sudah dapat pahalanya berdzikir. Lagi pula kebersamaan dengan sesama saudara dalam acara-acara tahlilan merupakan nilai tersendiri. Apalagi di alam dimana kebersamaan hampir terkalahkan oleh egoisme."

kalau tidak percaya bahwa doa itu sampai pada orang mati, lalu doa itu nyasar kemana? kok nggak balik? berarti jelas-jelas doa itu akan sampai kepada ahli kubur.
Bagaimana pun keyakinan akan hikmah tahlil harus kita tingkatkan. Karena tahlil merupakan amalan ajaran para wali zaman dulu dan kita harus melestarikannya.

Wallahu a'lam.  

Tidak ada komentar :

Posting Komentar